Menuju SRA untuk Cegah Tiga Permasalahan Besar Pendidikan.

Surat Keputusan Gubernur Riau tentang Sekolah Ramah Anak Nomor Kpts.801/Iv/2022  menetapkan seluruh satuan pendidikan menengah dan khusus di Riau masuk ke dalam kategori “MAU” menuju Satuan Pendidikan Ramah Anak (SRA)  SK  tersebut disebut-sebut sebagai salah satu upaya Pemerintah Provinsi Riau penerima Anugerah Merdeka Belajar atas upaya penuntasan tiga permasalahan besar pendidikan (kompas, 9/6/2023).

“Strategi Gubernur Riau untuk mencegah tiga kesalahan besar pendidikan dengan menetapkan seluruh satuan pendidikan di Riau menuju SRA juga menjadi pertimbangan utama saya saat menerima amanah sebagai Penjabat Bupati Kampar. Selain menerbitkan SK SRA, saya juga membuat SK tentang pelembagaan Sekretariat Bersama SRA di Kampar untuk memperkuat kolaborasi ABGC dalam upaya mencegah tiga dosa besar pendidikan, “tutur Kadisdik Provinsi Riau, Dr. H. Kamsol, M.M.

Kemendikbudristek melalui Puspeka terus mengedepankan upaya pencegahan kekerasan di lingkungan pendidikan sebagai salah satu prioritas kebijakan Merdeka Belajar dengan memperluas jangkauan edukasi publik serta menguatkan kolaborasi lintas Kementerian/Lembaga, juga partisipasi keluarga dan masyarakat luas guna mewujudkan satuan pendidikan yang aman dan nyaman, serta bebas dari kekerasan (Detik.com: 5/12/2022). 

“Selain kebijakan SRA, Gubernur Riau  juga memperkuat pendidikan vokasi khususnya di SMK yang membuat anak-anak keranjingan belajar dan memelihara diri dari tiga dosa besar pendidikan bersama guru terlatih hak anak, “pungkas Kamsol.

6 Komponen Utama SRA

Ketua Yayasan Sigap Kerlip Indonesia (YSKI) Kabupaten Kampar yang juga Fasilitator Nasional SRA, Yanti Kerlip menyampaikan bahwa kebijakan dan implementasi SRA sejak pemerintahan Jokowi terus meluas ke berbagai pelosok tanah air.

“Kampanye Sehari Belajar diluar Kelas atau OCDay yang dilaksanakan serentak di berbagai negara di seluruh dunia juga dilaksanakan di provinsi Riau mulai dari Kampar. YSKI Kampar tengah menyiapkan OCDay pada 2 November yad bersama Kepala Disdikprov Riau. Tujuan utama OCDay mengajak guru, orangtua, dan anak menikmati kegembiraan belajar di luar kelas dalam upaya mencegah tiga dosa besar pendidikan,”kata Yanti Kerlip. 

Yanti Kerlip juga meyakini bahwa penerapan 6 komponen utama SRA dapat mencegah tiga dosa besar pendidikan secara sistematis dan masif. 
“Deklarasi yang dilaksanakan seluruh warga sekolah untuk Mau menuju SRA pada OCDay membuka jalan bagi puluhan ribu satuan pendidikan untuk menunjukkan komitmen penuh dalam upaya perlindungan anak khususnya dati tiga dosa besar pendidikan, “imbuh Yanti.

Setiap satuan pendidikan dapat mengajukan diri untuk mengikuti standarisasi SRA melalui Dinas yang mengurus Perlindungan Anak. Satuan pendidikan akan diajak untuk melakukan evaluasi diri untuk enam komponen utama SRA berikut:

  1. Kebijakan SRA termasuk penerapan tata tertib yang ramah anak
  2. Pembelajaran yang Ramah Anak
  3. Guru terlatih KHA dan SRA
  4. Sarana Prasarana Ramah Anak
  5. Partisipasi Anak
  6. Partisipasi orangtua/wali, alumni, lembaga masyarakat, sunia usaha dan industri.

Praktik Baik 6 Langkah Gembira

YSKI Kampar membawa praktik baik Gembita menjadi Keluarga Peduli Pendidikan yang dilaksanakan oleh Tim Sigap Kerlip di daerah bencana sejak 2014 menjadi langkaj keempat Menuju SR (Mesra) Beriman di Kampar.
“Saya mendukung penuh upaya Mbak Yanti Kerlip bersama YSKI Kampar untuk mencegah tiga dosa besar pendidikan dengan 6 langkah gembira dan OCDay, “ujar Kamsol.

Kita Masih Punya Mimpi adalah langkah pertama yang silaksanakan Tim Sigap Kerlip untuk mengajak anak-anak gembira mengenal potensi diri dan sosok di masa depan sebagai Profil Pelajar Pancasila. Metode yang digunakan YSKI adalah Start to Empathy sebelum membuat Vision Board atau Papan Mimpi. 

Guru-guru mengikuti pelatihan dalam jaringan tentang KHA dan SRA sebelum membimbing peserta didik melaksanakan 5 langkah gembira berikutnya:

  1. Ragam 20 menit yang memukau dengan membaca nyaring 15 menit dan membuat pertanyaan 5W 1H selama 5 menit bersama ayahanda/wali tercinta
  2. Obrolan Pendidikan Ramah Anak di pertemuan orangtua, murid, dna guru kelas
  3. Obrolan Kesehatan, Keselamatan, Kesiapsiagaan Ramah Anak dalam pertemuan 10-15 keluarga di sekitar rumH anak
  4. Simphoni Keluarga dalam kegiatan Upacara Bendera dengan membuka ruang apresiasi terhadap kebiasaan baik yang dilakukan peserta didik dan guru.
  5. Simphoni Bangsa dalam ruang-tuang perjumpaan peserta didik dengan para pengambil keputusan.

“Anak-anak dan guru di sekolah kami makin keranjingan belajar setelah mengikuti pendampingan gembira oleh YSKI, “ujar Min Hursepuni, kepala SDN Masohi di Kabupaten Maluku Tengah.

Pendeta muda di Jakarta Barat, Hendy menyatakan kerinduan terhadap sahabat-sahabat kerlip yang memberikan dukungan psikososial di SMAN 1 Simpang Empat pasca erupsi Sinabung 2014. 

“Saya baru saja terhubung kembali dengan ibu Yanti Kerlip di instagram. Sembilan tahun yang lalu saya dan teman-teman penyintaa erupsi gunung Sinabung benaf-benar gembira bersama keluarga peduli pendidikan  di tempat pengungsian. Semangat kami untuk meraih prestasi tertinggi di pendidikan terus menyala hingga hari ini, “tutur Hendy.(Diskominfo Kampar)

Penulis Sriyulianti Pembina Sigap KerLip Indonesia.